Sabtu, 24 Mei 2014

makalah unsur manajemen (pengawasan, pengendalian, penilaian) dalam pelayanana kebidanan




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Di setiap kegiatan ataupun organisasi, pastinya memeliki unsur manajemen di dalamnya. Dengan adanya manajemen maka semua kegiatan dari organisasi tersebut dapat di jalankan secara sisitematis, rapi dan sesuai dengan apa yang di inginkan untuk mencapai tujuan.
Seperti halnya organisasi yang memiliki unsur manajemen di dalamnya,  maka dalam sebuah praktik pelayanan kesehatan pun terdapat unsur manajemen di dalamnya. Unsur-unsur manajemen dalam pelayanan kebidanan antara lain ialah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian, serta pencatatan dan pelaporan.
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian merupakan proses akhir dari proses manajemen, dimana dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan pengendalian saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama dalam perencanaan. Dalam proses manajemen ditetapkan suatu standar yang menjadi acuan, diantaranya yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan kinerja, keuangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan apakah setiap tahapan proses manajemen telah sesuai dengan standar atau tidak dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu dilakukan pengendalian sehingga kembali sesuai standar yang berlaku.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control).Di dalam proses pengawasan juga diperlukan Tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi. Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi diantaranya.
Seperti hanya pada mobil,anda menekan gas,maka mobil anda akan berjalan lebih cepat.Putarlah setir anta maka mobil akan berganti arah.tekan pedal rem,maka mobil pun akan segera berhenti atau melaju secara perlahan. Dengan segala perangkat ini,anda mengendalikan arah dan kecepatan: jika beberapa diantaranya tidak berfungsi, mobil tidak akan melakukan apa yang anda inginkan. Dengan kata lain,mobil tersebut berada diluar kendali. Sebuah Organisasi juga harus dikendalikan; yaitu perangkat harus berda pada tempatnya untuk memastikan bahwa tujuan strategisnya dapat tercapai. Akan tetapi pengendalian organisasi lebuh rumit daripada menegemudikan sebuah mobil.
Maka dari itulah, makalah ini akan membahas secara lengkap mengenai unsur manajemen pada tahap pengawasan, pengendalian dan penilaian dalam pelayanan kesehatan, salah satu contohnya pelayanan kesehatan di puskesmas dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan.

B.  Perumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun akan memberikan fokus masalah mengenai unsur manajemen dalam pelayanan kesehatan yaitu pelayanan kebidanan tentang pengawasan, pengendalian, dan penilaian antara lain :
  • Apa yang di maksud dengan manajemen pelayanan kebidanan?
  • Apa pengertian dari pengawasan?
  • Apa saja jenis-jenis pengawasan?
  • Apa saja tipe-tipe pengawasan?
  • Apa kah tujuan dari adanya pengawasan?
  • Apa saja tahap-tahap prosese pengawasan?
  • Apa yang menjadi prinsip pengawasan?
  • Seberapa penting di adakannya pengawasan?
  • Bagaimana karakte dari pengawasan?r
  • Apa saja manfaat dari di adakannya pengawasan?
  • Apa yang di maksud dengan pengendalian?
  • Bagaimana langkah-langkah dalam pengendalian?
  • Apa saja yang menjadi jenis-jenis pengendalian?
  • Bagaimana karakteristik dari pengendalian?
  • Apa yang di maksud dengan penilaian?
  • Apa manfaat dari diadakannya penilaian?
  • Apa saja metode yang dapat dilakukan dalam proses penilaian?






C.  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini, agar:
  • Mahasiswa dapat mengetahui apa yang di maksud dengan manajemen pelayanan kebidanan
  • Agar mahasisiwa mengetahui apa yang dimaksud dengan pengawasan.
  • Mengetahui apa saja jenis-jenis pengawasan.
  • Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe pengawasan.
  • Untuk menegetahui apa yang menjadi tujuan dari adanya pengawasan.
  • Untuk mengetahui apa saja tahap-tahap prosese pengawasan.
  • Untuk mengetahui prinsip pengawasan.
  • Mengetahui bagaimana karakter dari pengawasan.
  • Mengetahui apa saja manfaat dari di adakannya pengawasan.
  • Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pengendalian.
  • Menegetahui langkah-langkah dalam pengendalian.
  • Untuk mengetahui apa saja yang menjadi jenis-jenis pengendalian.
  • Agar menegetahui bagaimana karakteristik dari pengendalian.
  • Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan penilaian.
  • Untuk mengetahui apa manfaat dari diadakannya penilaian.
  • Mengetahui apa saja metode yang dapat dilakukan dalam proses penilaia



BAB II
PEMBAHASAN
    
A.  Manajemen Pelayanan Kebidanan
Manajemen Pelayanan Kebidanan didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan saluaran Pelayanan Kebidanan yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan membentuk fungsi-fungsi manajemen.
Ada 3 (tiga) fungsi manajemen yang dikenal yakni Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan, 2004).

B.  Pengawasan (Monitoring)
v Pengertian Pengawasan
Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.
George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.
Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu adalah proses melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
Kesimpulannya, pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.

v Jenis-jenis Pengawasan
1.    Pengawasan fungsiomal (struktural). Fungsi pengawasan ini melekat pada seseorang yang menjabat sebagai pimpinan lembaga.
2.    Pengawasan publik. Pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat.
3.    Pengawasan non fungsional. Pengawasan ini biasanya dilakukan oleh badan-badan yag diberikan wewenang untuk melakukan pengawasan seperti DPR, BPK, KPK, dan lain-lain.

v Tipe-Tipe Pengawasan
Donnelly, et al. (dalam Zuhad, 1996:302) mengelompokkan pengawasan menjadi 3 Tipe pengawasan yaitu :
1.    Pengawasan Pendahuluan (preliminary control)
Pengawasan pendahuluan atau feedforward controls. Pengawasan pendahuluan, atau sering di sebut steering controls. Dirancang untuk mangantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu di selesaikan .
 
Manajemen menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang ditujukan pada hilangnya perilaku yang menyebabkan hasil kerja yang tidak diinginkan di masa depan. Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan-kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman yang baik untuk tindakan masa mendatang. Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia, Pengawasan pendahuluan bahan-bahan, Pengawasan pendahuluan modal dan Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya financial.

2.    Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan atau concurrent control. Pengawsan ini, sering di sebut pengwasan “ya-tidak”, scereening control atau “berhenti-terus”,dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-sasaran telah dicapai. Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
·      Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode¬-metode serta prosedur-prsedur yang tepat.
·      Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

3.    Pengawasan Feed Back (feed back control)
Pengawasan umpan balik atau feedback control. Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-action controls , mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah di selesaikan.
Pengawasan Feed Back yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar. Pengawasan yang dipusatkan pada kinerja organisasional dimasa lalu. Tindakan korektif ditujukan ke arah proses pembelian sumber daya atau operasi-operasi aktual. Sifat kas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang. Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
·      Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
·      Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis)
·      Pengawasan Kualitas (Quality Control)
·      Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)

v Obyek Pengawasan
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan manajerial, ada lima jenis obyek yang perlu dijadikan sasaran pengawasan.
1.    Obyek yang menyangkut kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Pengawasan ini bersifat fisik.
2.    Keuangan
3.    Pelaksanaan program dilapangan
4.    Obyek yang bersifat strategis
5.    Pelaksanaan kerja sama dengan sektor lain yang terkait.

v Tujuan Dari Fungsi Pengawasan
Tujuan dari Fungsi Pengawasan
1.    Adaptasi lingkungan
2.    Meminimalkan kegagalan
3.    Meminimumkan biayaMengantisipasi kompleksitas dari organisasi



v Tahap-Tahap Proses Pengawasan
Tahap Proses Pengawasan :
1.    Tahap Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengadung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat di gunakan sebagai “patokan “ untuk penilaian hasil-hasil.
Tiga bentuk standar yang umum adalah:
·      Standar-standar phisik, mungkin meliputi kuatitas barang atau jasa , jumlah langganan ,atau kualitas produk.
·      Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja , biiaya penjualan laba kotor, pendapatan penjualan dan sejenisnya.
·      Standar-standar waktu , meliputikecepatan produksi  atau batas waktu suatu pekerjaan harus di selesaikan.

2.    Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat. Penentuan standar  sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pekaksanaan kegiatan nyata.oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. Pengukuran pelaksanaan kegiatan dapat di lakukuan dengan menjawab pertayaan sebagai berikut:
·      Berapa kali (how often)
·      Apa (what form)
·      Siapa (who)

3.    Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu:
·      Pengamatan (observasi)
·      Laporan-laporan, baik lisan dan tulisan
·      Metode-metode otomatis, dan
·      Inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel

4.    Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.
Tahap kritis dari proses pengawasan nyata dengan pelaksanaan nyata yang di rencanakan atau standar yang telah di tetap kan. Walaupan tahap ini paling mudah di lakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterpretasikan adannya penyimpangan.

5.    Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus di ambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai berbentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaikin, atau keduanya dilakukan bersamaan.

v Langkah-langkah proses pengawasan yaitu:
1.    Menurut Kadarman (2001, hal. 161) langkah-langkah proses pengawasan yaitu:
·      Menetapkan Standar
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengawasan, maka secara logis hal irri berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana. Perencanaan yang dimaksud disini adalah menentukan standar.
·      Mengukur Kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah ditentukan.
·      Memperbaiki Penyimpangan
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

2.    Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses pengawasan terbagi atas 4 tahapan, yaitu:
·      Menentukan standar atau dasar bagi pengawasan.
·      Mengukur pelaksanaan
·      Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah perbedaan jika ada.
·      Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat.

3.    Terry (dalam Winardi, 1986:397) bahwa pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni:
·      mengukur hasil pekerjaan
·      membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan),
·      mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.



v Prinsip Pengawasan
1.    Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur. Misalnya tentang waktu dan tugas-tugas pokok yang harus diselesaikan oleh staf.
2.    Fungsi pengawasan harus difahami pimpinan sebagai suatu kegiatan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
3.    Standar unjuk kerja harus dijelaskan kepada seluruh staf karena kinerja staf akan terus dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk memberikan reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja.

v Pentingnya Pengawasan
1.    Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.
2.    Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
3.    Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4.    Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-wasan.
5.    Komunikasi
6.    Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.

v Karakteristik-Karakteristik Pengawasan Yang Efektif
Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif
1.        Akurat
2.        Tepat waktu
3.        Obyektif
4.        Terpusat pada titik-titik pengawasan strategic
5.        Realistic secara ekonomis
6.        Realistic secara organisasional
7.        Terkoordinasi dengan alliran kerja organisasi
8.        Fleksibel
9.        Bersifat sebagai petunjukan dan operasional
10.    Diterima para anggota organisasi

v Manfaat Pengawasan
1.    Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilakukan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber daya telah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi wasdal akan meningkatkan efisiensi kegiatan program.
2.    Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3.    Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.
4.    Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5.    Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan.

v Standar Pengawasan
1.    Standar Norma
Standar ini di buat berdasarkan pngalaman staf melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu.
2.    Standar Kriteria
Standar ini di terapkan untu kegiatan pelayanan oleh petugas yang sudahmendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat profesionalisme staf.

Kedua standar ini juga di gunakan untuk menyusun standar operating prosedur, pedoman kerja petugas, atau penilaian kemampuan petugas kesehatan.

C.  Pengendalian (Controlling)
v Pengertian Pengendalian
Pengendalian adalah suatu proses pemantauan prestasi dan pengambilan tindakan untuk menjamin hasil yang diharapkan. Sedangkan Proses Pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer pada seluruh tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang di maksud.
Proses pengendalian
bertujuan megukur kemajuan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan perbaikan.

v Langkah-Langkah Dalam Proses Pengendalian
Definisi Mockler membagi pengendalian dalam empat langkah:
1.    Penetapan standar dan metode untuk pengukuran prestasi
Langkah ini mencakup standart dan ukuran untuk segala hal
2.    Pengukuran Prestasi
Langkah ini merupakan proses yang berkesinambungan, berulang-ulang dengan frekuensi yang actual tergantung pada jenis aktifitas yang sedang diukur.
3.    Membandingkan hasil-hasil yang telah diukur dengan target atau standard yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jika prestasi sesuai dengan standar, manajer dapat mengasumsikan bahwa” Segala sesuatu telah berjalan secara terkendali, ia tidak perlu ikut campur secara aktif dalam operasi organisasi
4.    Mengambil tindakan perbaikan
Ini dilakukan jika prestasi turun di bawah standard dan analisis menunjukan perlunya diambil tindakan. Tindakan perbaikan ini dapat berupa mengadakan perubahan terhadap satu atau lebih banyak aktivitas dalam operasi organisasi. Para manajer hanya memonitor prestasi kerja dan bukan melakukan pengendalian.
Proses pengendalian harus dilaksanakan oleh manajer diseluruh organisasi. Karena pentingnya pengendalian keuangan, ada sebagian orang mengangap bahwa tangungjawab pengendalain ini untuk sebagian besar dapat diserahkan kepada akuntan atau kontroler. Akan tetapi semua manajer perlu mengadakan pengendalian, agar pelaksanaan operasinya dapat berhasil.

v Faktor-Faktor Yang Menciptakan Kebutuhan Akan Pengendalian
Faktor-faktor itu meliputi :
1.    Perubahan.
Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam lingkungan organisasi manapun. Melalui fungsi pengendalian, manajer mendeteksi perubahan yang mempengaruhi produk atau jasa perusahaan. Ia kemudian dapat mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman atau memanfaatkan peluang yang muncul akibat perubahan tersebut.
2.    Kerumitan.
Yang menambah sifat komplek organisasi zaman sekarang ialah desentralisasi. Desentralisasi dapat mempermudah usaha pengendalian organanisasi, karena operasi organisasi tidak perlu lagi dikontrol oleh kantor pusatnya.
3.    Kesalahan.
Tidak dapat dipungkiri sebagai manusia anggota organisasi juga dapat membuat kesalahan, dengan system pengendalian memungkinkan manajer untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan sebelum menjadi gawat.
4.    Delegasi.
Hal ini merupakan salah satu cara manajer untuk menentukan apakah bawahanya melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya dengan menerapkan system pengendalian.

v Elemen-Elemen Sistem Pengendalian
Eleman-elemen System Pengendalian :
1.    Pelacak ( Detector) atau sensor, sebuah perangkat yang mengukur apa yang sebenarnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2.    Penaksir ( assessor), suatu perangkat yang menentukan signifikasi dari peristiwa actual dengan membandingkanya dengan bebrapa standar atau ekspetasi dari yang sebenarnya terjadi.
3.    Effektor, suatu perangkat(yamg sering disebut feedback) yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan yang dipenuhi.
4.    Jaringan komunikasi, perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan assessor dan antara assessor dan effektor.

v Jenis-Jenis Metoda Pengendalian
Metode-metode pengendalian dapat dikelompokan menjadi :
1.    Pengendalian pra-tindakan.
Pengendalian pratindakan memastikan bahwa sebelum suatu tindakan diambil maka sumber daya manusia, bahan dan keuangan yang diperlukan telah dianggarkan.
2.    Pengendalian Kemudi, atau Pengendalian Umpan Kedepan.
Pengendalian kemudi dirancang untuk mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan tertentu dan memungkinkan tindakan perbaikan diambil sebelum suatu urutan tertentu dirampungkan.
3.    Pengendalian Penyaringan
Pengendalian penyaringan merupakan suatu proses dimana aspek-aspek spesifik dari suatu prosedur harus disetujui atau syarat tertentu harus dipenuhi sebelum kegiatan dapat dilanjutkan. Pengendalian penyaringan menjadi sangat berguna sebagai alat pengecekan ulang.
4.    Pengendalian Purna Tindakan
Pengendalian purna tindakan mengukur hasil-hasil dari suatu tindakan yang telah dirampungkan.



v Karakteristik Sistem Pengendalian Yang Efektif
System-sistem pengendalian yang dapat dihandalkan dan yang efektif mempunyai karakteristik tertentu yang sama. Arti penting relative dari karakteristik tersebut akan berbeda-beda menurut keadaan masing-masing, tetapi sebagian besar system pengendalian diperkuat oleh kehadiranya.
1.    Akurat, informasi tentang hasil prestasi harus akurat.
2.    Tepat waktu. Informasi harus dikumpulkan, diarahkan dan segera dievaluasi jika hendak diambil tindakan tepat pada waktunya untuk menghasilkan perbaikan Obyektif dan Konprehensif,
3.    informasi dalam system pengendalian harus dapat dipahami dan dianggap onyektif oleh individu yang mengunakanya.
4.    Dipusatkan pada tempat-tempat pengendalian strategic. Sistem pengendalian sebaiknya dipusatkan pada bidang-bidang yang paling banyak akan terjadi penyimpangan dari standar atau yang akan menimbulkan kerugian paling besar. Dari segi ekonomi realistis, biaya untuk mengimpletasi system pengendalianya sebaiknya lebih sedikit atau maksimal sama dengan keuntungan yang diperoleh dari system itu.
5.    Realistis dari segi organisasi
6.    Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi.
7.    Luwes. Sistem pengendalian harus mengandung sifat luwes, sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan-perubahan yang merugikan atau menfaatkan peluang-peluang baru.
8.    Persepektif dan Operasional. Sitem pengendaliaan yang efektif dapat mengidentifikasi, setelah terjadi penyimpangan dari standar, tindakan perbaikan yang perlu diambil.
9.    Diterima oleh para anggota organisasi. Pengendalian harus berkaitan dengan tujuan yang berarti dan dapat diterima. Agar pengendalian bisa berlangsung seperti yang diinginkan, Newman menganjurkan bahwah,standar itu juga harus diterima oleh para anggota organisasi sebagai bagian integral dan adil dari pekerjaan mereka.

v Masalah Dalam Penetapan Sistem Pengendalian Yang Efektif
Sejumlah masalah yang menggangu akan merintangi efektifitas system pengendalian yang sering timbul:
1.    Factor-faktor yang dengan mudah diukur terlalu banyak dititikberatkan, sementara hal-hal yang sulit diukur tidak diberi perhatian yang cukup.
2.    Factor-faktor jangka pendek mungkin terlalu berlebihan ditekankan dengan mengorbankan

D.  Penilaian (Evaluasi)
v Definisi
Douglass (1992) mengatakan bahwa Penilaian Kinerja adalah metode untuk mendapatkan dan memproses informasi yang dibutuhkan. Sedangkan Marquis dan Houston (2000) menjelaskan pengertian penilaian kinerja adalah salah satu bagian dari proses pengawasan dan pengendalian, dimana kinerja staf keperawatan dinilai dan dibandingkan dengan standar yang ada pada organisasi. Dengan demikian penilaian kinerja juga dapat dikatakan sebagai suatu proses ketika suatu unit keperawatan mengevaluasi hasil kerja atau prestasi para pemegang jabatan, baik sebagai kepala bidang keperawatan, kepala ruangan maupun sebagai perawat pelaksana.

v Manfaat Penilaian Kinerja
Hasil penilaian kinerja dari masing-masing staf  memiliki nilai manfaat dan kegunaan, diantaranya yaitu :
1.    Bidan akan mengetahui dimana letak kekurangan dirinya, sehingga catatan kekurangan dirinya akan menjadi dasar untuk perbaikan kinerjanya dikemudian hari.
2.    Sebagai dasar dalam penyesuaian kompensasi, dimana kompensasi dimaksudkan sebagai reward atas kinerja yang ditampilkan.
3.    Kinerja yang ditampilkan dapat menjadi pertimbangan untuk dipromosikan atau adanya penurunan jabatan.
4.    Untuk menentukan pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan oleh staf
5.    Untuk menentukan perencanaan dan pengembangan karir dari masing-masing staf
6.    Defisiensi penempatan staf
7.    Ketidakakuratan informasi dapat diklarifikasi dengan hasil dari penilaian kinerja
8.    Dapat mendiagnosis kesalahan dari rancangan pekerjaan
9.    Memberikan kesempatan kerja yang adil bagi seluruh staf keperawatan

v Metode Evaluasi
1.    Anecdotal records
Penilaian yang didasarkan pada catatan kinerja dari staf keperawatan pada periode tertentu
2.    Check list
Penilaian yang menggunakan instrument khusus dapat melalui observasi maupun kuesioner, dimana dalam instrument tersebut sudah terdapat pernyataan-pernyataan yang tinggal di check list sesuai kinerja yang ditampilkan staf
3.    Rating scales
Penilaian yang menggunakan skala yang member gambaran mulai dari kinerja tinggi sampai rendah
4.    Metode manajemen berdasarkan sasaran (Management By Objective-MBO)
merupakan suatu progam penilaian dan penetapan tujuan diseluruh organisasi yang komfrehensif dengan menetapkan tujuan organisasi, menetapkan tujuan departemental, membahas tujuan departemen, menetapkan sasaran yang diharapkan, mengukur hasilnya dengan tolok ukur yang telah disepakati, sehingga dapat digunakan sebagai umpan balik secara berkala.
5.    Peer review
Penilaian dilakukan oleh kelompok khusus yang memiliki profesi dan keilmuan yang sama.



6.    Critical incident
Penilai membuat buku harian yang berisi contoh-contoh yang diinginkan atau tidak diinginkan atau insiden dari perilaku staf perawat yang berhubungan dengan kerja masing-masing jawaban.

Setiap hasil kegiatan harus dievaluasi sebagai bentuk pertanggung jawaban institusi terhadap publik dan pemerintah daerah.
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan mencakup hal-hal berikut :
1.    Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan.
2.    Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.





BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dalam pelayanan kesehatan salah satunya pelayanan kebidanan,  tentunya mengandung unsur-unsur manajemen di dalamnya. Salah satu unsurnya dalah pengawasan, pengendalian dan penilaian. Ketinga unsur ini sangat berperan penting selain unsur perencanaan di dalam pencapaian tujuan pelayanan kebidanan yang optimal.
Pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Pengawasan, pengendalian dan penilaian sangat penting disebabkan karena perubahan lingkungan organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan, kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, sebagai media komunikasi dan menilai informasi serta untuk mengambil tindakan dan koreksi.

B.  Saran
Pengawasan, pengendalian dan penilaian harus selalu di terapkan dan dilaksanakan secara rutin oleh anggota-anggota/ tenaga kesehatan dalam memberi pelayanan kesehatan. Dan di lakukan oleh seseorang yang memeng layak untuk mengemban tanggung jawab tersebut seperti seorang manejer atau ketua tim.



Daftar Pustaka

  1. A.A. Gde Manunjaya. 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
  2. Sulaeman, Endang Sutisna. 2009. Manajemen Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
  3. H. Moh. Isa. 1980. Beberapa Bacaan tentang Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Depkes RI.
  4. T. Hani Handoko. 1995. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
  5. .http://rinafitriasari.blogspot.com/2012/10/pengawasan-pengendalian-dan-penilaian.html