BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di setiap kegiatan ataupun organisasi, pastinya memeliki unsur manajemen di
dalamnya. Dengan adanya manajemen maka semua kegiatan dari organisasi tersebut
dapat di jalankan secara sisitematis, rapi dan sesuai dengan apa yang di
inginkan untuk mencapai tujuan.
Seperti halnya organisasi yang memiliki unsur manajemen di dalamnya, maka dalam sebuah praktik pelayanan kesehatan
pun terdapat unsur manajemen di dalamnya. Unsur-unsur manajemen dalam pelayanan
kebidanan antara lain ialah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan penilaian, serta pencatatan dan pelaporan.
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian merupakan proses akhir dari proses
manajemen, dimana dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan pengendalian
saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama dalam perencanaan.
Dalam proses manajemen ditetapkan suatu standar yang menjadi acuan, diantaranya
yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan kinerja, keuangan, dan lain
sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan
apakah setiap tahapan proses manajemen telah sesuai dengan standar atau tidak
dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu dilakukan pengendalian
sehingga kembali sesuai standar yang berlaku.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen
suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi
suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya
pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan,
baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu
organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan
Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung
(cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control).Di dalam proses
pengawasan juga diperlukan Tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu
Tahap Penetapan Standar, Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar
dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi. Suatu
Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk
merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan
sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses
pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi
kesalahan dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada
alat-alat bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan
yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan
yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi diantaranya.
Seperti hanya pada mobil,anda menekan gas,maka mobil
anda akan berjalan lebih cepat.Putarlah setir anta maka mobil akan berganti
arah.tekan pedal rem,maka mobil pun akan segera berhenti atau melaju secara
perlahan. Dengan segala perangkat ini,anda mengendalikan arah dan kecepatan:
jika beberapa diantaranya tidak berfungsi, mobil tidak akan melakukan apa yang
anda inginkan. Dengan kata lain,mobil tersebut berada diluar kendali. Sebuah
Organisasi juga harus dikendalikan; yaitu perangkat harus berda pada tempatnya
untuk memastikan bahwa tujuan strategisnya dapat tercapai. Akan tetapi
pengendalian organisasi lebuh rumit daripada menegemudikan sebuah mobil.
Maka dari itulah, makalah ini
akan membahas secara lengkap mengenai unsur manajemen pada tahap pengawasan,
pengendalian dan penilaian dalam pelayanan kesehatan, salah satu contohnya
pelayanan kesehatan di puskesmas dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
bidan.
B. Perumusan
Masalah
Dalam makalah ini, penyusun akan memberikan fokus masalah mengenai unsur manajemen dalam pelayanan kesehatan yaitu
pelayanan kebidanan tentang
pengawasan, pengendalian, dan penilaian antara lain :
- Apa yang di maksud dengan manajemen pelayanan kebidanan?
- Apa pengertian dari pengawasan?
- Apa saja jenis-jenis pengawasan?
- Apa saja tipe-tipe pengawasan?
- Apa kah tujuan dari adanya pengawasan?
- Apa saja tahap-tahap prosese pengawasan?
- Apa yang menjadi prinsip pengawasan?
- Seberapa penting di adakannya pengawasan?
- Bagaimana karakte dari pengawasan?r
- Apa saja manfaat dari di adakannya pengawasan?
- Apa yang di maksud dengan pengendalian?
- Bagaimana langkah-langkah dalam pengendalian?
- Apa saja yang menjadi jenis-jenis pengendalian?
- Bagaimana karakteristik dari pengendalian?
- Apa yang di maksud dengan penilaian?
- Apa manfaat dari diadakannya penilaian?
- Apa saja metode yang dapat dilakukan dalam proses penilaian?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini,
agar:
- Mahasiswa dapat mengetahui apa yang di maksud dengan manajemen pelayanan kebidanan
- Agar mahasisiwa mengetahui apa yang dimaksud dengan pengawasan.
- Mengetahui apa saja jenis-jenis pengawasan.
- Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe pengawasan.
- Untuk menegetahui apa yang menjadi tujuan dari adanya pengawasan.
- Untuk mengetahui apa saja tahap-tahap prosese pengawasan.
- Untuk mengetahui prinsip pengawasan.
- Mengetahui bagaimana karakter dari pengawasan.
- Mengetahui apa saja manfaat dari di adakannya pengawasan.
- Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pengendalian.
- Menegetahui langkah-langkah dalam pengendalian.
- Untuk mengetahui apa saja yang menjadi jenis-jenis pengendalian.
- Agar menegetahui bagaimana karakteristik dari pengendalian.
- Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan penilaian.
- Untuk mengetahui apa manfaat dari diadakannya penilaian.
- Mengetahui apa saja metode yang dapat dilakukan dalam proses penilaia
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Manajemen
Pelayanan Kebidanan
Manajemen Pelayanan
Kebidanan didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematis untuk menghasilkan saluaran
Pelayanan Kebidanan yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis
yang dilaksanakan membentuk fungsi-fungsi manajemen.
Ada 3 (tiga) fungsi
manajemen yang dikenal yakni Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian. Semua
fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan (Departemen Kesehatan, 2004).
B. Pengawasan (Monitoring)
v Pengertian Pengawasan
Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha
sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana,
atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah
kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan
penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan
dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.
George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan
sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi
prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif
sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan
itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan
seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.
Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu
adalah proses melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan
adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya,
dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar
hasilnya sesuai dengan rencana.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa
pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil
kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya
sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
Kesimpulannya, pengwasan merupakan suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan
perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
v Jenis-jenis Pengawasan
1.
Pengawasan
fungsiomal (struktural). Fungsi pengawasan ini melekat pada seseorang yang
menjabat sebagai pimpinan lembaga.
2.
Pengawasan
publik. Pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat.
3.
Pengawasan non
fungsional. Pengawasan ini biasanya dilakukan oleh badan-badan yag diberikan
wewenang untuk melakukan pengawasan seperti DPR, BPK, KPK, dan lain-lain.
v Tipe-Tipe Pengawasan
Donnelly, et al. (dalam Zuhad, 1996:302)
mengelompokkan pengawasan menjadi 3 Tipe pengawasan yaitu :
1.
Pengawasan
Pendahuluan (preliminary control)
Pengawasan pendahuluan atau feedforward controls.
Pengawasan pendahuluan, atau sering di sebut steering controls. Dirancang untuk
mangantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau
tujuan dan memungkinan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu di
selesaikan .
Manajemen menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang ditujukan pada hilangnya perilaku yang menyebabkan hasil kerja yang tidak diinginkan di masa depan. Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan-kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman yang baik untuk tindakan masa mendatang. Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia, Pengawasan pendahuluan bahan-bahan, Pengawasan pendahuluan modal dan Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya financial.
Manajemen menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang ditujukan pada hilangnya perilaku yang menyebabkan hasil kerja yang tidak diinginkan di masa depan. Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan-kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman yang baik untuk tindakan masa mendatang. Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia, Pengawasan pendahuluan bahan-bahan, Pengawasan pendahuluan modal dan Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya financial.
2.
Pengawasan pada
saat kerja berlangsung (cocurrent control)
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan atau concurrent control. Pengawsan ini, sering di sebut pengwasan
“ya-tidak”, scereening control atau “berhenti-terus”,dilakukan selama suatu
kegiatan berlangsung.
Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan
bahwa sasaran-sasaran telah dicapai. Concurrent control terutama terdiri dari
tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan
mereka.
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
· Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara
penerapan metode¬-metode serta prosedur-prsedur yang tepat.
· Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
3.
Pengawasan Feed
Back (feed back control)
Pengawasan umpan balik atau feedback control.
Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-action controls , mengukur
hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah di selesaikan.
Pengawasan Feed Back yaitu mengukur hasil suatu
kegiatan yang telah dilaksakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi
atau tidak sesuai dengan standar. Pengawasan
yang dipusatkan pada kinerja organisasional dimasa lalu. Tindakan korektif
ditujukan ke arah proses pembelian sumber daya atau operasi-operasi aktual.
Sifat kas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa
dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk
mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang. Adapun
sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis
yaitu:
· Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement
Analysis)
· Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis)
· Pengawasan Kualitas (Quality Control)
· Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance
Evaluation)
v Obyek Pengawasan
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan manajerial, ada
lima jenis obyek yang perlu dijadikan sasaran pengawasan.
1. Obyek yang menyangkut kuantitas dan kualitas barang
atau jasa. Pengawasan ini bersifat fisik.
2. Keuangan
3. Pelaksanaan program dilapangan
4. Obyek yang bersifat strategis
5. Pelaksanaan kerja sama dengan sektor lain yang
terkait.
v Tujuan Dari Fungsi Pengawasan
Tujuan dari Fungsi Pengawasan
1.
Adaptasi lingkungan
2.
Meminimalkan kegagalan
3.
Meminimumkan biayaMengantisipasi kompleksitas dari organisasi
v Tahap-Tahap Proses Pengawasan
Tahap Proses Pengawasan :
1.
Tahap Penetapan
Standar
Tahap pertama dalam
pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengadung arti sebagai
suatu satuan pengukuran yang dapat di gunakan sebagai “patokan “ untuk penilaian
hasil-hasil.
Tiga bentuk standar yang
umum adalah:
· Standar-standar phisik,
mungkin meliputi kuatitas barang atau jasa , jumlah langganan ,atau kualitas
produk.
· Standar-standar moneter,
yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja , biiaya penjualan
laba kotor, pendapatan penjualan dan sejenisnya.
· Standar-standar waktu ,
meliputikecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus di
selesaikan.
2.
Tahap Penentuan Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan secara tepat. Penentuan standar sia-sia bila tidak disertai berbagai cara
untuk mengukur pekaksanaan kegiatan nyata.oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
Pengukuran pelaksanaan kegiatan dapat di lakukuan dengan menjawab pertayaan
sebagai berikut:
· Berapa kali (how often)
· Apa (what form)
· Siapa (who)
3.
Tahap Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang
berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran
pelaksanaan, yaitu:
· Pengamatan (observasi)
· Laporan-laporan, baik lisan
dan tulisan
· Metode-metode otomatis, dan
· Inspeksi, pengujian (test),
atau dengan pengambilan sampel
4.
Tahap
Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya
penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan
sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.
Tahap kritis dari proses
pengawasan nyata dengan pelaksanaan nyata yang di rencanakan atau standar yang
telah di tetap kan. Walaupan tahap ini paling mudah di lakukan, tetapi
kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterpretasikan adannya penyimpangan.
5.
Tahap
Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan,
dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
Bila hasil analisa
menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus di ambil. Tindakan
koreksi dapat diambil dalam berbagai berbentuk. Standar mungkin diubah,
pelaksanaan diperbaikin, atau keduanya dilakukan bersamaan.
v Langkah-langkah proses pengawasan yaitu:
1.
Menurut Kadarman
(2001, hal. 161) langkah-langkah proses pengawasan yaitu:
· Menetapkan Standar
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk
merancang pengawasan, maka secara logis hal irri berarti bahwa langkah pertama
dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana. Perencanaan yang dimaksud
disini adalah menentukan standar.
· Mengukur Kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau
mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah ditentukan.
· Memperbaiki Penyimpangan
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada
tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
2.
Menurut G. R.
Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses pengawasan terbagi atas 4 tahapan,
yaitu:
· Menentukan standar atau dasar bagi pengawasan.
· Mengukur pelaksanaan
· Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah
perbedaan jika ada.
· Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan
yang tepat.
3.
Terry (dalam
Winardi, 1986:397) bahwa pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk
oleh tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni:
· mengukur hasil pekerjaan
· membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan
memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan),
· mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui
tindakan perbaikan.
v Prinsip Pengawasan
1.
Pengawasan yang
dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.
Misalnya tentang waktu dan tugas-tugas pokok yang harus diselesaikan oleh staf.
2.
Fungsi
pengawasan harus difahami pimpinan sebagai suatu kegiatan yang sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
3.
Standar unjuk
kerja harus dijelaskan kepada seluruh staf karena kinerja staf akan terus
dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk memberikan reward kepada
mereka yang dianggap mampu bekerja.
v Pentingnya Pengawasan
1.
Perubahan
lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi
terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan
pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya
manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi
sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan
perubahan yang terjadi.
2.
Peningkatan
kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan
yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk
menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan
pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
3.
Meminimalisasikan
tingginya kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer
dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota
organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi
kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4.
Kebutuhan manager
untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya
tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer
dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan
mengimplementasikan sistem penga-wasan.
5.
Komunikasi
6.
Menilai
informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan
standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian
pengambilan tindakan.
v Karakteristik-Karakteristik Pengawasan Yang Efektif
Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif
1.
Akurat
2.
Tepat waktu
3.
Obyektif
4.
Terpusat pada
titik-titik pengawasan strategic
5.
Realistic secara
ekonomis
6.
Realistic secara
organisasional
7.
Terkoordinasi
dengan alliran kerja organisasi
8.
Fleksibel
9.
Bersifat sebagai
petunjukan dan operasional
10.
Diterima para
anggota organisasi
v Manfaat Pengawasan
1.
Dapat mengetahui
sejauh mana program sudah dilakukan oleh staf, apakah sesuai dengan standar
atau rencana kerja, apakah sumber daya telah digunakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Fungsi wasdal akan meningkatkan efisiensi kegiatan program.
2.
Dapat mengetahui
adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3.
Dapat mengetahui
apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan
secara efisien.
4.
Dapat mengetahui
sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5.
Dapat mengetahui
staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan
lanjutan.
v Standar Pengawasan
1. Standar Norma
Standar ini di buat berdasarkan
pngalaman staf melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang
dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu.
2. Standar Kriteria
Standar ini di terapkan untu kegiatan
pelayanan oleh petugas yang sudahmendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan
tingkat profesionalisme staf.
Kedua standar ini juga di gunakan
untuk menyusun standar operating prosedur, pedoman kerja petugas, atau
penilaian kemampuan petugas kesehatan.
C. Pengendalian (Controlling)
v Pengertian Pengendalian
Pengendalian adalah suatu proses pemantauan prestasi
dan pengambilan tindakan untuk menjamin hasil yang diharapkan. Sedangkan Proses
Pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer pada seluruh tingkatan
memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi
yang di maksud.
Proses pengendalian bertujuan megukur kemajuan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan perbaikan.
Proses pengendalian bertujuan megukur kemajuan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan perbaikan.
v Langkah-Langkah Dalam Proses Pengendalian
Definisi Mockler membagi pengendalian dalam empat
langkah:
1. Penetapan standar dan metode untuk pengukuran prestasi
Langkah ini mencakup standart dan ukuran untuk segala
hal
2. Pengukuran Prestasi
Langkah ini merupakan proses yang berkesinambungan,
berulang-ulang dengan frekuensi yang actual tergantung pada jenis aktifitas
yang sedang diukur.
3. Membandingkan hasil-hasil yang telah diukur dengan
target atau standard yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jika prestasi sesuai dengan standar, manajer dapat
mengasumsikan bahwa” Segala sesuatu telah berjalan secara terkendali, ia tidak
perlu ikut campur secara aktif dalam operasi organisasi
4. Mengambil tindakan perbaikan
Ini dilakukan jika prestasi turun di bawah standard
dan analisis menunjukan perlunya diambil tindakan. Tindakan perbaikan ini dapat
berupa mengadakan perubahan terhadap satu atau lebih banyak aktivitas dalam
operasi organisasi. Para manajer hanya memonitor prestasi kerja dan bukan
melakukan pengendalian.
Proses pengendalian harus dilaksanakan oleh manajer diseluruh organisasi. Karena pentingnya pengendalian keuangan, ada sebagian orang mengangap bahwa tangungjawab pengendalain ini untuk sebagian besar dapat diserahkan kepada akuntan atau kontroler. Akan tetapi semua manajer perlu mengadakan pengendalian, agar pelaksanaan operasinya dapat berhasil.
Proses pengendalian harus dilaksanakan oleh manajer diseluruh organisasi. Karena pentingnya pengendalian keuangan, ada sebagian orang mengangap bahwa tangungjawab pengendalain ini untuk sebagian besar dapat diserahkan kepada akuntan atau kontroler. Akan tetapi semua manajer perlu mengadakan pengendalian, agar pelaksanaan operasinya dapat berhasil.
v Faktor-Faktor Yang Menciptakan Kebutuhan Akan
Pengendalian
Faktor-faktor itu meliputi :
1. Perubahan.
Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
lingkungan organisasi manapun. Melalui fungsi pengendalian, manajer mendeteksi
perubahan yang mempengaruhi produk atau jasa perusahaan. Ia kemudian dapat
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman atau memanfaatkan peluang yang muncul
akibat perubahan tersebut.
2. Kerumitan.
Yang menambah sifat komplek organisasi zaman sekarang
ialah desentralisasi. Desentralisasi dapat mempermudah usaha pengendalian
organanisasi, karena operasi organisasi tidak perlu lagi dikontrol oleh kantor
pusatnya.
3. Kesalahan.
Tidak dapat dipungkiri sebagai manusia anggota
organisasi juga dapat membuat kesalahan, dengan system pengendalian
memungkinkan manajer untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan sebelum menjadi
gawat.
4. Delegasi.
Hal ini merupakan salah satu cara manajer untuk
menentukan apakah bawahanya melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya
dengan menerapkan system pengendalian.
v Elemen-Elemen Sistem
Pengendalian
Eleman-elemen System Pengendalian :
1.
Pelacak (
Detector) atau sensor, sebuah perangkat yang mengukur apa yang sebenarnya
terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2.
Penaksir (
assessor), suatu perangkat yang menentukan signifikasi dari peristiwa actual
dengan membandingkanya dengan bebrapa standar atau ekspetasi dari yang
sebenarnya terjadi.
3.
Effektor, suatu
perangkat(yamg sering disebut feedback) yang mengubah perilaku jika assessor
mengindikasikan kebutuhan yang dipenuhi.
4.
Jaringan
komunikasi, perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan assessor
dan antara assessor dan effektor.
v Jenis-Jenis Metoda Pengendalian
Metode-metode pengendalian dapat dikelompokan menjadi
:
1.
Pengendalian
pra-tindakan.
Pengendalian pratindakan memastikan bahwa sebelum
suatu tindakan diambil maka sumber daya manusia, bahan dan keuangan yang diperlukan
telah dianggarkan.
2.
Pengendalian
Kemudi, atau Pengendalian Umpan Kedepan.
Pengendalian kemudi dirancang untuk mendeteksi
penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan tertentu dan memungkinkan
tindakan perbaikan diambil sebelum suatu urutan tertentu dirampungkan.
3.
Pengendalian
Penyaringan
Pengendalian penyaringan merupakan suatu proses dimana
aspek-aspek spesifik dari suatu prosedur harus disetujui atau syarat tertentu
harus dipenuhi sebelum kegiatan dapat dilanjutkan. Pengendalian penyaringan
menjadi sangat berguna sebagai alat pengecekan ulang.
4.
Pengendalian
Purna Tindakan
Pengendalian purna tindakan mengukur hasil-hasil dari
suatu tindakan yang telah dirampungkan.
v Karakteristik Sistem Pengendalian Yang Efektif
System-sistem pengendalian yang dapat dihandalkan dan
yang efektif mempunyai karakteristik tertentu yang sama. Arti penting relative
dari karakteristik tersebut akan berbeda-beda menurut keadaan masing-masing,
tetapi sebagian besar system pengendalian diperkuat oleh kehadiranya.
1.
Akurat,
informasi tentang hasil prestasi harus akurat.
2.
Tepat waktu.
Informasi harus dikumpulkan, diarahkan dan segera dievaluasi jika hendak
diambil tindakan tepat pada waktunya untuk menghasilkan perbaikan Obyektif dan
Konprehensif,
3.
informasi dalam
system pengendalian harus dapat dipahami dan dianggap onyektif oleh individu
yang mengunakanya.
4.
Dipusatkan pada
tempat-tempat pengendalian strategic. Sistem pengendalian sebaiknya dipusatkan
pada bidang-bidang yang paling banyak akan terjadi penyimpangan dari standar
atau yang akan menimbulkan kerugian paling besar. Dari segi ekonomi realistis,
biaya untuk mengimpletasi system pengendalianya sebaiknya lebih sedikit atau
maksimal sama dengan keuntungan yang diperoleh dari system itu.
5.
Realistis dari
segi organisasi
6.
Dikoordinasikan
dengan arus pekerjaan organisasi.
7.
Luwes. Sistem
pengendalian harus mengandung sifat luwes, sehingga organisasi tersebut dapat
segera bertindak untuk mengatasi perubahan-perubahan yang merugikan atau menfaatkan
peluang-peluang baru.
8.
Persepektif dan
Operasional. Sitem pengendaliaan yang efektif dapat mengidentifikasi, setelah
terjadi penyimpangan dari standar, tindakan perbaikan yang perlu diambil.
9.
Diterima oleh
para anggota organisasi. Pengendalian harus berkaitan dengan tujuan yang
berarti dan dapat diterima. Agar pengendalian bisa berlangsung seperti yang
diinginkan, Newman menganjurkan bahwah,standar itu juga harus diterima oleh para anggota organisasi sebagai bagian integral dan adil dari pekerjaan mereka.
v Masalah Dalam Penetapan Sistem Pengendalian Yang
Efektif
Sejumlah masalah yang menggangu akan merintangi
efektifitas system pengendalian yang sering timbul:
1.
Factor-faktor
yang dengan mudah diukur terlalu banyak dititikberatkan, sementara hal-hal yang
sulit diukur tidak diberi perhatian yang cukup.
2.
Factor-faktor
jangka pendek mungkin terlalu berlebihan ditekankan dengan mengorbankan
D. Penilaian (Evaluasi)
v Definisi
Douglass (1992) mengatakan bahwa Penilaian Kinerja adalah metode untuk mendapatkan dan memproses
informasi yang dibutuhkan. Sedangkan Marquis dan Houston (2000) menjelaskan
pengertian penilaian kinerja adalah salah satu bagian dari proses pengawasan dan pengendalian,
dimana kinerja staf keperawatan dinilai dan dibandingkan dengan standar yang
ada pada organisasi. Dengan demikian penilaian kinerja juga dapat dikatakan
sebagai suatu proses ketika suatu unit keperawatan mengevaluasi hasil kerja
atau prestasi para pemegang jabatan, baik sebagai kepala bidang keperawatan,
kepala ruangan maupun sebagai perawat pelaksana.
v Manfaat Penilaian Kinerja
Hasil penilaian kinerja dari
masing-masing staf memiliki nilai
manfaat dan kegunaan, diantaranya yaitu :
1. Bidan akan mengetahui dimana
letak kekurangan dirinya, sehingga catatan kekurangan dirinya akan menjadi
dasar untuk perbaikan kinerjanya dikemudian hari.
2. Sebagai dasar dalam penyesuaian
kompensasi, dimana kompensasi dimaksudkan sebagai reward atas kinerja yang
ditampilkan.
3. Kinerja yang ditampilkan dapat
menjadi pertimbangan untuk dipromosikan atau adanya penurunan jabatan.
4. Untuk menentukan pelatihan dan
pengembangan yang dibutuhkan oleh staf
5. Untuk menentukan perencanaan dan
pengembangan karir dari masing-masing staf
6. Defisiensi penempatan staf
7. Ketidakakuratan informasi dapat
diklarifikasi dengan hasil dari penilaian kinerja
8. Dapat mendiagnosis kesalahan dari
rancangan pekerjaan
9. Memberikan kesempatan kerja yang
adil bagi seluruh staf keperawatan
v Metode Evaluasi
1. Anecdotal records
Penilaian yang didasarkan pada catatan kinerja dari staf keperawatan pada
periode tertentu
2. Check list
Penilaian yang menggunakan instrument khusus dapat melalui observasi maupun
kuesioner, dimana dalam instrument tersebut sudah terdapat
pernyataan-pernyataan yang tinggal di check list sesuai kinerja yang
ditampilkan staf
3. Rating scales
Penilaian yang menggunakan skala yang member gambaran mulai dari kinerja
tinggi sampai rendah
4. Metode manajemen berdasarkan
sasaran (Management By Objective-MBO)
merupakan suatu progam penilaian dan penetapan tujuan diseluruh organisasi
yang komfrehensif dengan menetapkan tujuan organisasi, menetapkan tujuan
departemental, membahas tujuan departemen, menetapkan sasaran yang diharapkan,
mengukur hasilnya dengan tolok ukur yang telah disepakati, sehingga dapat
digunakan sebagai umpan balik secara berkala.
5. Peer review
Penilaian dilakukan oleh kelompok khusus yang memiliki profesi dan keilmuan
yang sama.
6. Critical incident
Penilai membuat buku harian yang berisi contoh-contoh yang diinginkan atau
tidak diinginkan atau insiden dari perilaku staf perawat yang berhubungan
dengan kerja masing-masing jawaban.
Setiap hasil kegiatan harus
dievaluasi sebagai bentuk pertanggung jawaban institusi terhadap
publik dan pemerintah daerah.
Kegiatan penilaian dilakukan
pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan mencakup hal-hal berikut :
1. Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan
dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar
pelayanan.
2. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan
sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk
rencana tahun berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelayanan kesehatan salah
satunya pelayanan kebidanan, tentunya
mengandung unsur-unsur manajemen di dalamnya. Salah satu unsurnya dalah
pengawasan, pengendalian dan penilaian. Ketinga unsur ini sangat berperan
penting selain unsur perencanaan di dalam pencapaian tujuan pelayanan kebidanan
yang optimal.
Pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan
perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Pengawasan, pengendalian dan penilaian sangat penting disebabkan karena perubahan lingkungan organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan, kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, sebagai media komunikasi dan menilai
informasi serta untuk mengambil
tindakan dan koreksi.
B. Saran
Pengawasan, pengendalian dan
penilaian harus selalu di terapkan dan dilaksanakan secara rutin oleh
anggota-anggota/ tenaga kesehatan dalam memberi pelayanan kesehatan. Dan di
lakukan oleh seseorang yang memeng layak untuk mengemban tanggung jawab
tersebut seperti seorang manejer atau ketua tim.
Daftar Pustaka
- A.A. Gde Manunjaya. 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
- Sulaeman, Endang Sutisna. 2009. Manajemen Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
- H. Moh. Isa. 1980. Beberapa Bacaan tentang Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Depkes RI.
- T. Hani Handoko. 1995. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
- .http://rinafitriasari.blogspot.com/2012/10/pengawasan-pengendalian-dan-penilaian.html